II
ASAL
MULA KEHIDUPAN DI BUMI
a.
Teori-Teori
Tentang Proses Terbentuknya Bumi
Bumi
adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. Kira-kira
250 juta tahun yang lalu sebagian besar kerak benua
Bumi sebagai salah satu planet yang
termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam seperti apa
yang kita perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan perputaran pada
porosnya (rotasi) dan bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat
sistem tata surya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya siang malam dan
pasang surut air laut. Oleh karena itu, proses terbentuknya bumi tidak terlepas
dari proses terbentuknya tata surya kita.
·
Teori Keadaan Tetap (Steady State
Theory)
Kalau
kita kembali ke tahun 1948, tidaklah ditemukan informasi yang cukup untuk
menguji teori letusan hebat itu. Ahli Astronomi Inggris Fred Hoyle dan beberapa
ahli astro-fisika Inggris mengajukan teori yang lain,teori keadaan tetap yang
menerangkan bahwa jagat raya tidak hanya sama dalam ruang angkasa –asas
kosmologi- tetapi juga tak berubah dalam waktu asas kosmologi yang sempurna.
Jadi, asas kosmologi diperluas sedemikian rupa sehingga menjadi “sempurna” atau
“lengkap” dan tidak bergantung pada peristiwa sejarah tertentu. Teori keadaan
tetap berlawanan sekali dengan teori letusan hebat. Dalam teori kedua, ruang
angkasa berkembang menjadi lebih kosong sewaktu berbagai galaksi saling
menjauh. Dalam teori keadaaan tetap, kita harus menerima bahwa zat baru selalu
diciptakan dalam ruang angkasa di antara berbagai galaksi, sehingga galaksi
baru akan terbentuk guna menggantikan galaksi yang menjauh. Orang sepakat
mengatakan bahwa zat baru itu ialah hydrogen, yaitusumber yang menjadi asal
usul bintang dan galaksi.
·
Teori Mengembang dan Memapat (The
Oscillating Theory)
Teori
ini dikemukakan oleh Alexandre Friedman (1922) yang menjelaskan bahwa jagat
raya terbentuk akibat reaksi inti hydrogen dan ledakan besar. Teori ini
membuktikan bahwa jagat raya tidak bersifat konstan, tetapi mengembang dari
perkembangan inti hydrogen. Jagat raya mengalami proses mengembang terus
menerus. Akan tetapi proses mengembang menunjukan gerak yang semakin melambat.
Melambatnya gerak tersebut di pengaruhi oleh gaya gravitasi jagat raya.
Aktivitas inilah yang menyebabkan jagat raya memapat atau mengalami penyusutan.
·
Teori Ledakan Besar atau Dentuman
Besar (Big Bang Theory)
Teori
ini dikemukakan oleh George Gamov, seorang ahli fisika kelahiran Rusia. Gamov
mengemukakan bahwa seluruh materi dan tenaga yang terdapat di alam semesta
pernah menyatu, materi tersebut saling berdesakan dalam temperature dan
mempunyai massa jenis yang tinggi hingga terpadatkan, alam semesta berasal dari
ledakan dahsyat. Ledakan berasal dari energy yang sangat besar sehingga menyebabkan
serpihan materi dari ledakan menjauh dari pusat ledakan. Materi hasil ledakan tidak terlempar ke luar
jagat raya, tetapi ruang yang mengembang dalam waktu tertentu.
Referensi
:
Ø Setyaningsih,
P., dkk. (2015) Detik-detik ujian
nasional geografi tahun pelajaran 2015-2016. Klaten : Intan Pariwara
Ø Hestiyanto,
Y. (2010) Geografi 1 sma kelas x. Jakarta
: Yudhistira
b.
Perbedaan
Teori Abiogenesis dan Biogenesis
·
Teori
Abiogenesis
Teori yang dikemukakan Aristoteles
ini menyatakan bahwa makhluk hidup tercipta dari benda tak hidup yang
berlangsung secara spontan (generatio spontanea). Misalnya cacing dari
tanah, ikan dari lumpur, dan sebagainya. Teori ini dianut oleh banyak orang
selama beberapa abad.
Aristoteles (384-322 SM), adalah
seorang filsuf dan tokoh ilmu pengetahuan Yunani Kuno. Sebenarnya dia
mengetahui bahwa telur-telur ikan yang menetas akan menjadi ikan yang sifatnya
sama seperti induknya. Telur-telur tersebut merupakan hasil perkawinan dari
induk-induk ikan. Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan yang
berasal dari Lumpur.
Menurut penganut paham abiogenesis,
makhluk hidup tersebut terjadi begitu saja secara spontan. Itu sebabnya, teori
abiogenesis ini disebut juga generation spontanea. Bila pengertian
abiogenesis dan generation spontanea digabung, maka konsepnya menjadi: makhluk
hidup yang pertama kali di bumi berasal dari benda mati / tak hidup yang
terjadinya secara spontan (sebenarnya ini adalah dua teori yang berbeda, tetapi
orang sudah kadung salah kaprah).
Paham abiogenesis bertahan cukup
lama, yaitu semenjak zaman Yunani Kuno (ratusan tahun sebelum Masehi) hingga
pertengahan abad ke-17, dimana Antonie Van Leeuwenhoek menemukan
mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati makhluk-makhluk aneh
yang amat kecil yang terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para
pendukung paham abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini
seolah-olah memperkuat pendapat mereka tentang abiogenesis. Hasil pengamatan
Anthoni ditulisnya dalam sebuah catatan ilmiah yang diberi judul “Living in
a drop of water“. Tokoh lain pendukung teori ini adalah John Needham.
·
Teori Biogenesis
menyatakan
bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup. Tokoh pendukung teori ini
antara lain Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louis Pasteur. Francesco
Redi merupakan orang pertama yang melakukan penelitian untuk membantah teori
Abiogenesis.
Percobaan Francesco Redi
Francesco
Redi melakukan penelitian menggunakan 8 tabung yang dibagi menjadi 2 bagian.
Empat tabung masing-masing diisi dengan daging ular, ikan, roti dicampur susu,
dan daging. Keempat tabung dibiarkan terbuka. Empat tabung yang lain diperlakukan
sama dengan 4 tabung pertama, tetapi tabung ditutup rapat. Setelah beberapa
hari pada tabung yang terbuka terdapat larva yang akan menjadi lalat.
Berdasarkan hasil percobaannya, Redi menyimpulkan bahwa ulat bukan berasal dari
daging, tetapi berasal dari telur lalat yang terdapat dalam daging dan menetas
menjadi larva. Penelitian ini ditentang oleh penganut teori Abiogenesis karena
pada tabung yang tertutup rapat, udara dan zat hidup tidak dapat masuk sehingga
tidak memungkinkan untuk adanya suatu kehidupan. Bantahan itu mendapat
tanggapan dari Redi. Redi melakukan percobaan yang sama, namun tutup diganti
dengan kain kasa sehingga udara dapat masuk dan ternyata dalam daging tidak
terdapat larva.
Referensi
:
c.
Percobaan yang dilakukan Ilmuwan
Pencetus Teori Asal Mula Kehidupan di Bumi
·
Teori Abiogenesis
Menurut teori
abiogenesis, makhluk hidup berasal dari benda tidak hidup atau dengan kata lain
makhluk hidup ada dengan sendirinya. Oleh karena makhluk itu ada dengan sendirinya
maka teori ini dikenal juga dengan teori Generatio Spontanea.
Generatio spontanea berarti penciptaan yang terjadi secara spontan. Artinya
bahwa kehidupan berasal dari benda tak hidup yang terjadi secara spontan. Aristoteles
merupakan salah satu pelopor teori ini, teori ini diajukan oleh Aristoteles
pada tahun 384–322 SM. Aristoteles menyatakan bahwa kehidupan berasal dari
benda tak hidup yang terjadi secara spontan. Teori ini dikemukakan oleh
Aristoteles berdasarkan pengamatan adanya larva lalat yang muncul secara
tiba-tiba pada daging yang busuk. Aristoteles berkesimpulan bahwa larva lalat
tersebut berasal dari daging yang busuk.
Gambar
Pendukung lain teori
Abiogenesis adalah Nedham, seorang ilmuwan dari Inggris. Pada
tahun 1713-1781 John Needham melakukan percobaan dengan mengisi beberapa labu
tertutup dengan kaldu daging, kemudian dipanaskan tetapi tidak sampai mendidih.
Selanjutnya labu tersebut ditutup dan disimpan pada suhu kamar. Setelah
beberapa hari, ternyata semua labu menjadi keruh yang menunjukkan bahwa di
dalam labu sudah berisi mikrobia. Berdasarkan hasil percobaannya, Needham
menyimpulkan bahwa mikrobia yang menyebabkan kekeruhan dalam labu berasal dari
kaldu daging yang disiapkan. Berdasarkan percoban tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kehidupan berasal dari benda mati.
Gambar
Jadi, menurut paham
generation spontanea, semua kehidupan berasal dari benda tak hidup secara
spontan, seperti:
¨ ikan
dan katak berasal dari lumpur
¨ cacing
berasal dari tanah
¨ belatung
terbentuk dari daging yang membusuk
¨ tikus
berasal dari sekam dan kain kotor.
·
Teori Biogenesis
Teori ini bertentangan dengan teori
abiogenesis, karena menganggap bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup
yang sudah ada sebelumnya. Tiga tokoh terkenal pendukung teori ini adalah Francesco
Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louis Pasteur.
Percobaan Francesco Redi (1626-1697)
Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi mengadakan percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga toples. Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai berikut:
Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi mengadakan percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga toples. Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai berikut:
¨ Stoples I : diisi dengan sekerat
daging, ditutup rapat-rapat.
¨ Stoples II : diisi dengan sekerat
daging, dan dibiarkan tetap terbuka.
¨ Stoples III : disi dengan sekerat daging,
dibiarkan tetap terbuka.
Selanjutnya ketiga stoples tersebut
diletakkan pada tempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan daging dalam
ketiga stoples tersebut diamati. Dan hasilnya sebagai berikut:
¨ Stoples I : daging tidak busuk dan
pada daging ini tidak ditemukan jentik / larva atau belatung lalat.
¨ Stoples II : daging tampak membusuk
dan didalamnya ditemukan banyak larva atau belatung lalat.
Berdasarkan hasil percobaan
tersebut, Francesco redi menyimpulkan bahwa larva atau belatung yang terdapat
dalam daging busuk di stoples II dan III bukan terbentuk dari daging yang
membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yang ditinggal pada daging ini ketika
lalat tersebut hinggap disitu. Hal ini akan lebih jelas lagi, apabila melihat
keadaan pada stoples II, yang tertutup kain kasa. Pada kain kasa penutupnya
ditemukan lebih banyak belatung, tetapi pada dagingnya yang membusuk belatung
relative sedikit.
b) Percobaan Lazzaro Spallanzani (
1729-1799)
Seperti halnya Francesco Redi,
Spallanzani juga menyangsikan kebenaran paham abiogeensis. Oleh karena itu, dia
mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama dengan percobaan Francesco Redi,
tetapi langkah percobaan Spallanzani lebih sempurna.
Sebagai bahan percobaannya,
Spallanzani menggunakan air kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu.
Adapun percoban yang yang dilakukan Spallanzani selengkapnya adalah sebagai
berikut:
Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15°C selama beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka.
Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II didinginkan. Setelah dingin keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15°C selama beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka.
Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II didinginkan. Setelah dingin keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil percobaannya adalah sebagai
berikut:
• Labu I : air kaldu
mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan baunya menjadi
tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini banyak
mengandung mikroba.
• Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).
• Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).
Berdasarkan hasil percobaan
tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang ada didalam kaldu
tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari
kehidupan diudara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi kontaminasi
mikroba darimudara ke dalam air kaldu tersebut.
Pendukung paham Abiogenesis
menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen Lazzaro Spallanzani tersebut.
Menurut mereka untuk terbentuknya mikroba (makhluk hidup) dalam air kaldu
diperlukan udara. Dengan pengaruh udara tersebut terjadilah generation
spontanea.
c) Percobaan Louis Pasteur (1822-1895) Dalam menjawab keraguannya terhadap
paham abiogenesis. Pasteur melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan
percobaan Lazzaro Spallanzani. Dalam percobaanya, Pasteur menggunakan bahan air
kaldu dengan alat labu. Langkah-langkah percobaan Pasteur selengkapnya adalah
sebagai berikut:
Langkah I : labu disi 70 cc air kaldu,
kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus. Celah antara gabus dengan mulut labu
diolesi dengan paraffin cair.
Setelah itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau disterilkan.
Setelah itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau disterilkan.
Langkah II : selanjutnya labu didinginkan dan
diletakkan ditempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan air kaldu
diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetep jernih dan tidak mengandung
mikroorganisme.
Langkah III : labu yang air kaldu
didalamnya tetap jernih dimiringkan sampai air kaldu didalamnya mengalir
kepermukaan pipa hingga bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu diletakkan
kembali pada tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan air kaldu
diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu meanjadi busuk dan banyak
mengandung mikroorganisme.
Melaui pemanasan terhadap perangkat
percobaanya, seluruh mikroorganisme yang terdapat dalam air kaldu akan mati.
Disamping itu, akibat lain dari pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipa
kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan,
maka air pada pipa akan mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian
yang berbentuk leher. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang
bergentayangan diudara untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap
jernihnya air kaldu pada labu tadi.
Pada saat sebelum pemanasan, udara
bebas tetap dapat berhubungan dengan ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang
masuk bersama udara akan mati pada saat pemanasan air kaldu.
Setelah labu dimiringkan hingga air
kaldu sampai kepern\mukan pipa, air kaldu itu akan bersentuhan dengan udara
bebas. Disini terjadilah kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu dikembalikan
keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga,
setelah labu dibiarkan beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi akeruh, karena
adanya pembusukan oleh mikrooranisme tersebut. Dengan demikian terbuktilah
ketidak benaran paham Abiogenesis atau generation spontanea, yangmenyatakan
bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Redi,
Spallanzani, dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham Abiogenesis, dan
munculah paham/teori baru tentang awal mulamakhluk hidup yang dikenal dengan
teori Biogenesis. Teori itu menyatakan :
a. omne vivum ex ovo = setiap makkhluk
hidup berasal dari telur.
b. Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal
dari makhluk hidup, dan
c. Omne vivum ex vivo – setiap makhluk
hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
·
Teori evolusi
Kimia ( Neoabiogenesis )
Teori ini
menyatakan bahwa kehidupan berasal dari reaksi kimia gas-gas ( metana , amonia,
hidrogen dan uap air ) yang ada di atmosfer purba dengan bantuan energi
halilintar membentuk molekulmolekul organik yang akan menjadi penyusun tubuh
mahkluk hidup. Tokoh
teori ini adalah Harold Urey, Stanley Miller
Percobaan Stanley Miler
Percobaan : Gas-gas ; metana, uap
air, ammonia dan hydrogen dicampur dalam sebuah perangkat percobaan, diberi
aliran listrik tegangan tinggi
Hasil : Terbentuk
senyawa organik : asam amino
Kesimpulan :
asam amino yang merupakan bahan dasar pembentuk protein penyusun tubuh mahkluk
hidup terbentuk melalui reaksi kimia.
Referensi :
d.
Efek Rumah Kaca
Pengertian
Efek rumah kaca adalah suatu
peristiwa yang bersifat alamiah hal ini terjadi karena adanya akibat pantulan
yang sangat panas pada dalam rumah kaca hal ini sering digunakan oleh para
petani untuk menanam sayuran di musim dingin khususnya pada suatu negara yang
telah mengenal empat buah musim. Peristiwa rumah kaca yaitu suatu keadaan
dimana sinar matahari akan masuk ke dalam rumah kaca guna membantu terjadinya
proses asimilasi itu. Sisa panas yang dihasilkan dari energi matahari tersebut
seharusnya segera untuk dikeluarkan ke atmosfer, lalu panasnya dipantulkan
kembali oleh bilik kaca serta oleh atap kaca sehingga akan menghasilkan suhu
udara yang ada di dalam bilik kaca atau suatu suatu ruangan tersebut menjadi naik dan menghasilkan suasana
yang hangat. Pantulan energy panas kembali ke ruangan yang akan menjadikan
suatu suhu yang ada di dalam ruangan menjadi hangat. Peristiwa inilah yang
disebut efek rumah kaca.
Proses
Terjadinya Efek Rumah Kaca
Proses
terjadinya efek rumah kaca di bumi. Di sekeliling bumi terdapat lapisan atau
selimut yang terbentuk karena adanya gas rumah kaca dan partikel
melayang-layang di atmosfer bumi. Lapisan di atmosfer bumi ini memantulkan kembali
panas dari bumi sehingga bumi menjadi hangat. Gas rumah kaca merupakan faktor
penyebab efek rumah kaca yang utama, sementara partikel yang melayang-layang di
atmosfer bumi hanya memberikan konstribusi yang relatif kecil terhadapnya.
Pengertian Gas Rumah Kaca adalah gas yang timbul secara alamiah dan merupakan akibat
kegiatan industri. Contoh gas rumah kaca yaitu karbon dioksida, metana,
nitrogen oksida, dan lain-lain. Jika gas rumah kaca terlepas ke atmosfer dan
sampai pada ketinggian troposfer, yang akan terbentuk ialah lapisan selimut
atau rumah kaca yang menyelimuti bumi. Partikel yang melayang-layang di
atmosfer bumi berasal dari letusan gunung berapi berupa abu vulkanik atau debu.
Saat melayang-layang di atmosfer bumi sebelum kemudian jatuh ke bumi, debu atau
abu vulkanik tersebut sebagai lapisan selimut yang menyelimuti bumi. Rumah kaca
inilah yang akan memantulkan sebagian panas dari bumi kembali lagi ke bumi,
sehingga atmosfer dan bumi menjadi hangat. Bila hal ini terus berlanjut, maka
dampak efek rumah kaca yang terjadi adalah dunia terancam mengalami pemanasan
global.
Dampak
Efek Rumah Kaca
Sudah
sejak lama para ilmuwan mengkhawatirkan akibat dari efek rumah kaca karena bisa
merusak lingkungan. Salah satu akibatnya yang sudah terasa adalah dengan
meningkatnya suhu permukaan bumi yang akhirnya bisa mengakibatkan adanya
perubahan iklim yang sangat ekstrem. Tentunya hal tersebut dapat mengakibatkan
terganggunya hutan serta ekosistem lain di bumi, dan mengurangi kemampuannya
guna menyerap karbon dioksida di atmosfer.
Efek
rumah kaca sebenarnya tidak selalu buruk dan justru sangat dibutuhkan karena
jika tidak ada nantinya bisa mengakibatkan bumi menjadi sangat dingin atau bisa
keseluruhan akan tertutupi es. Namun jika gas-gas yang bisa membuat efek rumah
kaca telah berlebihan di atmosfer, akibatnya akan mengakibatkan pemanasan
global.
Ada
satu cara yang “mujarab” untuk mengurangi gas rumah kaca, yakni dengan
memelihara pepohonan serta menanam pohon lebih banyak. Pohon dianggap mampu
menyerap karbon dioksida lebih cepat dan dalam jumlah banyak, memecahnya
melalui fotosintesis, maupun menyimpan karbon pada kayunya. Salah satu upaya
dunia internasional untuk menanggulangi gas rumah kaca adalah dengan mengadakan
konvensi yang disebut Protokol Kyoto. Protokol Kyoto memerintahkan
negara-negara dunia untuk berkomitmen mengurangi emisi/pengeluaran karbon
dioksida serta lima gas rumah kaca lainnya untuk menanggulangi dampak efek
rumah kaca.
Referensi
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar